Sebelum 25 Berakhir
Waktu adalah penagih janji yang kejam. Detik-detik akhir di penghujung usia dua puluh lima terasa seperti belati dingin yang mendesak, memaksa satu ambisi remeh untuk segera diselesaikan. SIM A. Sebuah lisensi sepele bagi sebagian orang, namun bagi saya, ia adalah Gerbang Kebebasan yang sekian lama terkunci dilubuk hati. - - - Saya ingat betul betapa kikuknya saya. Jauh sebelum ambisi ini menguat, saya pernah mendapat kebaikan dari seorang kawan, mencoba menyetir mobil pribadinya beberapa kali. Namun, pelajaran itu kini telah ditarik kembali oleh waktu. Sesi singkat kala itu tewas dalam jurang jeda yang terlampau lama —hampir dua tahun— meninggalkan ingatan saya yang benar-benar kosong. Di benak saya, pengetahuan tentang cara mengemudi telah mati. Kekikukan itu terkonfirmasi lagi di awal tahun. Terperangkap dalam bilik simulasi di Timezone , tangan saya beku di kemudi palsu, tak berdaya di hadapan tuas persneling virtual yang asing. Di layar, mobil yang saya kemudikan hanya menjadi...
