Waktu adalah penagih janji yang kejam. Detik-detik akhir di penghujung usia dua puluh lima terasa seperti belati dingin yang mendesak, memaksa satu ambisi remeh untuk segera diselesaikan. SIM A. Sebuah lisensi sepele bagi sebagian orang, namun bagi saya, ia adalah Gerbang Kebebasan yang sekian lama terkunci dilubuk hati. - - - Saya ingat betul betapa kikuknya saya. Jauh sebelum ambisi ini menguat, saya pernah mendapat kebaikan dari seorang kawan, mencoba menyetir mobil pribadinya beberapa kali. Namun, pelajaran itu kini telah ditarik kembali oleh waktu. Sesi singkat kala itu tewas dalam jurang jeda yang terlampau lama —hampir dua tahun— meninggalkan ingatan saya yang benar-benar kosong. Di benak saya, pengetahuan tentang cara mengemudi telah mati. Kekikukan itu terkonfirmasi lagi di awal tahun. Terperangkap dalam bilik simulasi di Timezone , tangan saya beku di kemudi palsu, tak berdaya di hadapan tuas persneling virtual yang asing. Di layar, mobil yang saya kemudikan hanya menjadi...
Waktu SMP, aku memiliki dua sahabat yang luar biasa, tak ada orang yang seperti mereka. Kami bukan sekedar teman, kami adalah tiga sekawan yang penuh kegilaan yang tak pernah berhenti menciptakan momen-momen konyol untuk ditertawakan. Dalam petualangan kami, terjadi salah satu insiden yang pantas diabadikan sebagai kisah terburuk terbaik. Kisah ini berawal di dalam ruang lab komputer. Tempat yang biasanya dipenuhi ketenangan, dimana keheningan teratur melingkupi setiap sudut. Namun, pada satu hari yang tak terduga, suasana itu terguncang oleh tindakan seorang pemberani tak terkendali diantara kami. Dalam momen spontanitasnya, ia memutuskan untuk menghadirkan kekonyolan yang sama sekali berbeda dari biasanya, mengubah lab yang biasanya sunyi menjadi panggung yang tak terlupakan. Dengan gerakan berani, hari itu, ia memasuki wilayah yang tidak terjamah. Menggebrak keyboard dengan gerakan yang l...
Dalam sebuah ambisi yang melampaui batas akal sehat, waktu libur yang terbatas memicu wacana menjadi sebuah tantangan yang tak tergoyahkan: mencoba melakukan treking di tengah malam pada malam Jumat yang angker. Namun, takdir menggelitik kami dengan kerasnya saat tiba di basecamp, alam seakan memberikan peringatan mendalam dengan mengirimkan angin kencang yang menerpa sepanjang malam. Itulah saat di mana saya, bersama dengan dua inisiator brilian - Eka dan Zae, yang bisa dijuluki sebagai manusia pemberani sejati, membuat keputusan penuh pertimbangan untuk tidak mengambil risiko yang terlalu berlebihan. Dalam sebuah petualangan luar biasa yang tiada tandingannya, kami bertiga akhirnya menerjang ke puncak pada keesokan harinya, di pagi Jumat yang penuh harapan. Keajaiban terjadi saat langit cerah tanpa ada tanda-tanda hujan, menyisakan kedamaian yang memancar dalam setiap detiknya. Meskipun pendakian ini dilakukan di tengah musim hujan yang ganas, keberuntung...
Posting Komentar
0 Komentar
✍︎ dipersilakan berkomentar sebebas-bebasnya. anggap aja temen deket, tapi jangan minjem duit.